marinir TEAM-
All hands,
Wacana agar kekuatan laut Indonesia mengoperasikan kapal induk
sesungguhnya adalah wacana yang tepat pada ruang dan waktu yang tepat.
Apabila wacana tersebut dikembangkan pada ruang dan waktu yang tidak
tepat, maka yang terjadi adalah tindakan inefisiensi energi. Banyak
aspek yang harus dikaji secara seksama dan bukan secara instan untuk
menguji wacana tentang operasional kapal induk di lingkungan Angkatan
Laut Indonesia. Kajian tersebut harus bersifat obyektif dan tidak
bersifat subyektif seperti yang selama ini seringkali terjadi.
Ketika memikirkan tentang kapal induk, sudahkah kemampuan kekuatan laut
Indonesia teruji dalam pengoperasian kapal perang yang dari sisi
dimensi, persenjataan maupun teknologinya jauh lebih kecil daripada
kapal induk? Apabila mau jujur, merupakan suatu fakta bahwa untuk
mengoperasikan kapal perang sampai setingkat fregat saja negeri ini
masih diliputi berbagai kesulitan.
Kesulitan yang dimaksud bukan saja soal sumberdaya manusia, dukungan
pemeliharaan dan perawatan, teknologi dan lain sebagainya, tetapi juga
pada aspek budaya organisasi. Tak perlu dirinci satu per satu kesulitan
tersebut di sini, sebab rinciannya akan cukup panjang. Tantangan akan
menjadi sangat besar ketika meloncat ke pengoperasian kapal induk.
Mengoperasikan kapal induk memang prestise, tetapi di balik itu ada
biaya yang harus siap untuk dibayar. Dari aspek teknis, kapal induk
mempunyai sistem internal yang sangat kompleks. Dari aspek organisasi,
dibutuhkan melahirkan sebuah baru di lingkungan Angkatan Laut yaitu
budaya kapal induk yang berbeda dengan budaya kapal fregat, apalagi
budaya kapal PC. Minimal dibutuhkan tiga puluh tahun untuk melahirkan
budaya tersebut.
Selanjutnya adalah aspek yang lebih luas yaitu dukungan dari pemerintah.
Apakah pemerintah dan parlemen akan setuju mengalokasikan anggaran
paling tidak sekitar Rp.30-40 trilyun per tahun hanya untuk menutupi
biaya operasi dan pemeliharaan dan perawatan kapal induk? Masih banyak
lagi aspek politik yang tak akan diuraikan satu demi satu di sini.
Singkatnya, dibutuhkan pemikiran realistis kalau kekuatan laut Indonesia ingin menjadi World Class Navy dalam arti yang sesungguhnya.