All hands,
Indonesia kini telah memasuki masa musim hujan FMS. Bila sebelumnya FMS
yang dikucurkan oleh Washington kepada Jakarta didominasi oleh Angkatan
Udara karena kekuatan laut dan kekuatan darat Indonesia tidak berminat,
kini Angkatan Darat Indonesia mulai berminat untuk menggunakan fasilitas
itu. Beberapa pengadaan kekuatan darat Indonesia ke depan dipastikan
menggunakan FMS.
Terjadinya kemarau FMS di Indonesia selama ini tak lepas dari pola FMS
yang ketat sehingga pasti merugikan pihak-pihak yang diuntungkan apabila
pengadaan tak menggunakan fasilitas itu. Meskipun kerjasama pertahanan
Indonesia-Amerika Serikat telah dibuka kembali pada 2005, akan tetapi
hingga 2012 di luar kekuatan udara tak ada pihak yang berminat
menggunakan FMS. Sebab FMS tidak memunculkan "keuntungan ekonomis" bagi
pihak tertentu di Indonesia.
Dengan munculnya Angkatan Darat Indonesia sebagai pengguna FMS dalam
jumlah besar, berarti tinggal kekuatan laut Indonesia yang masih belum
menggunakan fasilitas itu. Apakah Angkatan Laut Indonesia akan
menggunakan pula fasilitas tersebut ke depan? Hal itu dipengaruhi oleh
pilihan apakah akan meminjam sistem senjata dari Washington atau tidak?
Satu hal yang pasti, penggunaan fasilitas direct military sales yang
berarti calon pembeli berhubungan langsung dengan pabrikan akan
membuat harga sistem senjata yang dipinjam dari Amerika Serikat lebih
mahal daripada memakai jalur FMS.
Pilihan menggunakan jalur direct military sales atau FMS pada
akhirnya akan berujung sama, yaitu dibutuhkan adanya otorisasi dari
Capitoll Hill sebelum sistem senjata itu disepakati untuk dipinjamkan
kepada suatu negara.
Pemilihan fasilitas FMS oleh kekuatan laut negeri ini juga dipengaruhi
oleh pertimbangan-pertimbangan lain. Sebab fasilitas FMS tidak se-seksi direct military sales. Satu
fakta yang tak dapat dibantah, kekuatan laut Indonesia sejak 1970-an
lebih familiar dengan sistem senjata buatan Eropa yang secara kebetulan
di benua biru itu tak ada fasilitas serupa FMS.