All hands,
Guna meningkatkan kembali ekspor senjata Inggris ke pasar internasional,
saat ini negeri kelahiran Jullian Corbett itu tengah mengkaji tentang
penerapan kebijakan fasilitas FMS. Sudah bukan rahasia lagi kalau
langkah London untuk mengkaji penerapan FMS setelah melihat kesuksesan
program FMS Washington yang telah puluhan tahun diterapkan. Tak dapat
dipungkiri, melalui fasilitas FMS maka industri pertahanan Amerika
Serikat dapat merajai pasar dunia selama bertahun-tahun hingga sekarang,
meskipun sebagian dari konsumennya adalah negara-negara dengan
kemampuan ekonomi terbatas.
Indonesia adalah salah satu negara yang kini berupaya untuk meningkatkan
nilai ekspor senjatanya. Kalau pada 2008 nilai ekspor senjata Jakarta
adalah US$ 6 juta, nilai tersebut berubah menjadi US$ 57 juta pada 2012.
Peningkatan sebesar 813 persen itu terjadi tanpa dukungan FMS, sebab
Indonesia belum menyediakan fasilitas ekspor tersebut kepada negara yang
membeli sistem senjata buatannya. Salah satu solusi untuk meningkatkan
nilai ekspor senjata Indonesia di atas 1000 persen dari nilai sekarang
adalah pemberian fasilitas FMS.
Fasilitas FMS itu harus masuk dalam anggaran pertahanan dan harus
dilihat sebagai bagian dari upaya diplomasi pertahanan. Tidak perlu ada
kekhawatiran bahwa dana itu akan lari kepada pihak pembeli sistem
senjata itu, sebab pada dasarnya dana FMS tersebut nantinya akan
dibelanjakan lagi di Indonesia untuk membayar harga sistem senjata, suku
cadang dan pelatihan yang dilakukan oleh industri pertahanan Indonesia.
Dana FMS tersebut hanya berpindah kantong dari brankas APBN pemerintah
ke brankas BUMN industri pertahanan.