Popular Posts

Berantas Preman

marinir TEAM- SADIS, tidak berperikemanusian. Ucapan ini masih kurang guna menggambarkan bagaimana sadisnya 3 preman yang menyekap dan menyiksa seorang wanita penjual minuman (kopi) di samping Tol Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Sabtu (14/9) malam hingga Minggu (15/9) pagi. Perempuan itu ditelanjangi dan alat vitalnya disakiti dengan kayu, hanya karena menolak memberikan Rp 100 ribu seperti diminta para penjahat tersebut. Sepertinya kehormatan, bahkan nyawa seseorang, tidak ada artinya bagi premen. Karena uang Rp 100 ribu dia tak segan menyekap, menelanjangi, malah menyiksa secara seksual. Apa yang dialami seorang perempuan yang mengais rezeki hingga larut malam merupakan isyarat bahwa preman bisa berbuat apa saja. Artinya, ini ancaman terhadap siapa saja, juga terhadap aparat keamanan, pihak kepolisian. Apa yang dilakukan tiga preman di salah satu kawasan di Ibu Kota itu boleh dikatakan merupakan pelecehan terhadap Polri. Bagaimana tidak? Di pusat kekuasaan saja, di Kota Jakarta yang merupakan pusat segalanya, termasuk kepolisian, ternyata preman, parasit yang memaksa hidup di atas penderitaan orang, dengan bebas menyeret seseorang, kemudian menyiksanya. Perbuatan mereka bisa diartikan ancaman. Mereka seolah-olah ingin mengatakan; Jangan main-main dengan kami. Jika menolak permintaan kami, akibatnya bisa fatal. Itu artinya mereka merasa kuat, tidak takut terhadap siapa pun, termasuk terhadap polisi. Kita bersyukur ketiga pereman penyekap berhasil dibekuk Tim Buser Antipreman Polres Jakarta Barat. Seorang dari mereka bahkan dihadiahi timah panas karena melawan. Namun itu tentu belum cukup. Apalagi orang nomor satu di Kepolisian RI, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, pernah memberi harapan bahwa Polri akan berfokus pada pemberantasan tindak premanisme. Janji itu diungkapkan pascaterbunuhnya anggota Kopassus Serka Heru Santoso di tangan preman di Yogyakarta, yang menjadi pemicu penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, oleh 11 anggota Kopassus, April lalu. Teror preman sudah sangat meresahkan masyarakat, mulai dari tingkat rendah seperti ancaman para pengamen di atas angkutan umum dan jalan-jalan umum, pemaksaan meminta uang di perputaran jalan, persimpangan, "uang keamanan" atau "uang preman" yang dikenakan terhadap pedagang di pasar-pasar, di pinggir jalan, sampai pada premanisme tingkat tinggi yang tak segan-segan membunuh atau melawan hukum. Polisi selayaknya menyikapi. Apalagi Presiden SBY pun pernah memerintahkan Kapolri agar bertindak tegas menyingkirkan preman dan semua bentuk organisasi kriminal. Instruksi itu disampaikan pascakasus pengeroyokan anggota Kopassus oleh sekelompok preman di Hugo's Cafe, Yogyakarta. Ingat, ancaman preman tak kalah dibanding teroris, menakutkan, membuat resah. Karena itu, Polri harus mengerahkan kemampuan terbaiknya. Berantas preman. Buktikan Tim Buru Sergap Antipreman Polri bukan sekadar nama.***
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...