Popular Posts

PENYELAM TNI AL

PENYELAM TNI AL AKAN APUNGKAN PESAWAT LION AIR

Tim Penyelam TNI Angkatan Laut hari ini akan melaksanakan pemotongan bodi pesawat dan kemudian mengapungkan bangkai pesawat Lion Air yang terkena musibah mendarat laut di Perairan Pantai Badung, dekat Bandara Ngurah Rai, Denpasar, agar dapat digeser mendekati daratan sehingga mudah dijangkau crane pengangkat.

Demikian dijelaskan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, di kantornya, Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (16/4). Menurut Kadispenal, pada hari Senin malam (15 April 2013) telah dilaksanakan pertemuan dengan Pimpinan Lion Air dan sejumlah pejabat setempat, termasuk TNI Angkatan Laut, dalam hal ini Lanal Denpasar, berkaitan dengan kegiatan evakuasi pesawat. Pada pertemuan tersebut diputuskan bahwa rencana evakuasi akan dimulai hari ini (Selasa tanggal 16 April 2013) dengan metode pemotongan.

Dijelaskannya, saat ini Tim Penyelam TNI AL dari Dinas Penyelamatan Bawah Permukaan Air (Dislambair) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang berjumlah 12 personel telah berada di lokasi. Tim yang dipimpin Komandan Tim Kapten Laut (KH) Asih Hamzah memiliki keahlian khusus bekerja di bawah permukaan air. “Selain mahir menyelam mereka juga memiliki keahlian mengelas baja di bawah permukaan air, dan dengan dilengkapi peralatan salvage mereka akan melaksanakan pemotongan badan pesawat di dalam air menjadi bagian-bagian kecil untuk mempermudah proses evakuasi,” jelas Kadispenal.

Kadispenal menambahkan, selain sejumlah penyelam, TNI AL juga mengerahkan sejumlah unsur terdiri dari kapal perang KRI Hiu-801, dua rubber boat, dan satu peleton pasukan dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Denpasar.

Dihubungi secara terpisah, Komandan Tim Penyelam TNI AL Kapten Laut (KH) Asih Hamzah mengatakan bahwa kegiatan pengelasan untuk memotong tubuh pesawat sangat beresiko tinggi. “Untuk itu diperlukan kehati-hatian karena pemotongan akan menimbulkan percikan api sementara di pesawat masih tersimpan bahan bakar avtur. Jadi prosedur-prosedur safety betul-betul diutamakan,” katanya.

Selain itu, kata Kapten Laut (KH) Asih Hamzah, pengaruh gelombang pasang-surut dan arus air laut juga sangat mempengaruhi kecepatan proses pemotongan. “Kalau air laut surut, pemotongan akan dilaksanakan di atas air, tetapi jika air laut pasang maka pemotongan dilaksanakan dengan metode di bawah permukaan air,” kata Komandan Tim tersebut.

Penyelam TNI Angkatan Laut juga menyiapkan alat apung berupa balon udara khusus (semacam airbag) jika pilihan evakuasi dilakukan dengan cara menyeretnya. Alat apung tersebut sangat potensial dimanfaatkan untuk salvage dan efektif digunakan di perairan dangkal. “Metode pemotongannya adalah, setelah bodi pesawat dipotong, sebelum terputus terlebih dahulu tali airbag-nya dikembangkan. Setelah siap mengembang, maka potongan tadi siap diputus. Penyelam TNI Angkatan Laut akan memotong dengan underwater cutting. Selanjutnya akan digeser atau diangkat dengan crane sesuai permintaan Lion Air. Penyelam akan melakukan pemotongan dengan metode yang tepat dan berharap dapat diselesaikan dengan cepat karena posisi pesawat berada di bawah runway dan otomatis berpengaruh secara psikologis kepada para pilot pesawat yang akan mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali,” jelas Kapten Laut (KH) Asih Hamzah.

Menurut Kapten Laut (KH) Asih Hamzah proses pengangkatan ini terkendala dengan kedangkalan dan posisinya berada di bawah runway. Namun, menurutnya, kendala ini dapat diatasi dengan kerja sama tim, termasuk dengan KNKT, Tim SAR, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara, dan Kepolisian.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...