marinir TEAM-
All hands,
Bencana topan Haiyan yang melanda Filipina beberapa hari lalu dengan korban lebih dari 4.000 jiwa selain menjadi ajang diplomasi negara-negara yang berkepentingan, pula menjadi wadah untuk memamerkan kesiapan tempur militer negara-negara tersebut. Tak perlu diragukan lagi, Cina yang sedang membangun kekuatan militernya tetap tak mampu menggeser posisi Amerika Serikat sebagai juara pertama dalam aspek kesiapan tempur. Hanya beberapa jam setelah topan Haiyan yang ditengarai muncul akibat perubahan iklim global itu menyerang Filipina, Menteri Pertahanan Paman Sam Chuck Hagel memerintahkan kapal induk USS George Washington (CVN 73) untuk memperpendek kunjungan ke Hongkong dan "making best possible speed" menuju Filipina. Selain USS George Washington (CVN 73), juga disebarkan dua kapal penjelajah kelas Ticonderoga USS Antietam (CG 54) dan USS Cowpens (CG 63) dan satu kapal perusak kelas Arleigh Burk USS Mustin (DDG 89).
Topan Haiyan adalah ajang pula untuk memperkuat salah satu alasan mengapa kehadiran militer Amerika Serikat dibutuhkan di kawasan Asia Pasifik. Tak ada negara lain yang merespon lebih cepat daripada Washington dalam hal penyebaran kapal perang ke Filipina untuk merespon bencana di mana kota kelahiran Imelda Marcos yaitu Tacloban menjadi kota paling parah kerusakan dan korban jiwanya. Bahkan Cina pun yang ingin menjadi kekuatan besar baru bisa merespon dalam bentuk non militer. Apalagi Cina bukanlah negara yang populer di mata rakyat Filipina karena sengketa di Laut Filipina Barat alias Laut Cina Selatan.
Penyebaran kekuatan militer Amerika Serikat ke Filipina masih ditambah lagi dengan kehadiran sekitar 250 anggota 3rd Marine Expeditionary Brigade. Sementara satu ARG yang berbasis di Jepang hingga kini belum diperintahkan Pentagon untuk disebarkan ke Filipina.
Pertanyaannya adalah bagaimana dengan kesiapan Indonesia apabila bencana sebesar tsunami Aceh 2004 terjadi lagi? Apakah tingkat kesiapan Angkatan Laut Indonesia sudah lebih baik daripada sembilan tahun silam?
