Wakil Kepala Polri Komjen Pol Drs. Oegroseno memerintahkan seluruh
jajaran, utamanya yang bertugas dengan mengenakan seragam dinas, supaya
tidak takut menghadapi teror penembakan yang belakangan menghantui
polisi.
Sebab, tidak ada istilah takut mati dalam kamus Polri,
dan selalu siap melaksanakan tugas karena kehadirannya sangat dibutuhkan
di tengah masyarakat.
"Polisi tidak pernah kalah dengan
kelompok penebar teror. Keberanian polisi dalam melaksanakan tugas
mempercepat pengungkapan penanganan teror tersebut.
Ini merupakan
sebuah kekuatan. Tidak ada istilah takut menghadapi penebar teror.
Prinsip ini harus tetap ditanamkan seluruh jajaran," ujar Wakapolri.
Wakapolri mengingatkan, seluruh jajaran untuk lebih meningkatkan
pengamanan guna mempersempit ruang gerak penebar teror yang beraksi
dengan sasaran anggota Polri.
Peningkatan keamanan ini juga
bermanfaat dalam mengidentifikasi pelaku yang sedang meneror anggota
Polri tersebut. Polisi pun harus merangkul masyarakat bila ingin cepat
menuntaskan kasus teror tersebut.
"Saya pribadi tidak takut
mati dalam bertugas. Kasus penembakan ini menjadi kewajiban bersama
untuk segera diungkap. Seberat apapun tantangan itu harus dihadapi.
Polisi garda terdepan pengamanan di masyarakat.
Bila polisi
kalah maka kejahatan semakin merajalela. Justru sebaliknya, penebar
teror itu yang takut menghadapi polisi. Cepat atau lambat, kasus ini
akan terungkap," tegasnya.
Anggota polisi yang bertugas di
lapangan tidak menanggalkan seragam dinas. Sebab, penanggalan seragam
dinas bisa memberikan kesan buat penebar teror, bahwa polisi sudah
ketakutan.
Penebar teror itu merasa menang, dan seragam dinas
jika tidak dipakai, justru merugikan masyarakat yang mendambakan
keamanan dan kenyamanan.
"Tidak ada istilah takut mengenakan
seragam dinas Polri. Justru seragam dinas merupakan kebanggaan untuk
selalu dipakai. Saya adalah orang terdepan dan yang paling menentang,
serta menolak keras jika ada upaya untuk tidak menggunakan seragam
dinas.
Tidak menggunakan seragam sama saja dengan menanggalkan
institusi. Seluruh jajaran harus terus semangat bekerja," masyarakat
justru semakin bingung jika tidak melihat polisi yang identik dengan
seragam dinas.
Ini juga bisa semakin menimbulkan keresahan buat masyarakat bila sulit membedakan antara polisi dengan pelaku penjahatan.
Polisi sebaiknya berpartner saat melaksanakan tugas di lapangan, dan kemudian berbaur bersama masyarakat.
"Sentuhan polisi terhadap masyarakat itu akan menghasilkan sesuatu hal
yang sangat positif. Saya sudah sering melakukan ini saat menjabat
sebagai Kapolda. Bahkan, masyarakat rela mempertaruhkan nyawanya ketika
membantu polisi.
Ini terwujud karena ada sentuhan di
masyarakat. Saat itu, kami sedang memburu pelaku perampokan Bank CIMB
dan penyerang Polsek Hamparan Perak," jelasnya.
Masyarakat yang
memberikan informasi atas keberadaan perampok, ketika itu hendak
menggambar sasaran perampokan gaji karyawan perkebunan, turut juga
mengejar perampok sadis ke dalam perkebunan.
Bahkan, masyarakat
ikut begadang di tengah perkebunan saat mengejar kelompok bersenjata
tersebut. Masyarakat juga berhasil menangkap beberapa perampok dalam
keadaan hidup.
Sebab, tidak ada istilah takut mati dalam kamus Polri, dan selalu siap melaksanakan tugas karena kehadirannya sangat dibutuhkan di tengah masyarakat.
"Polisi tidak pernah kalah dengan kelompok penebar teror. Keberanian polisi dalam melaksanakan tugas mempercepat pengungkapan penanganan teror tersebut.
Ini merupakan sebuah kekuatan. Tidak ada istilah takut menghadapi penebar teror. Prinsip ini harus tetap ditanamkan seluruh jajaran," ujar Wakapolri.
Wakapolri mengingatkan, seluruh jajaran untuk lebih meningkatkan pengamanan guna mempersempit ruang gerak penebar teror yang beraksi dengan sasaran anggota Polri.
Peningkatan keamanan ini juga bermanfaat dalam mengidentifikasi pelaku yang sedang meneror anggota Polri tersebut. Polisi pun harus merangkul masyarakat bila ingin cepat menuntaskan kasus teror tersebut.
"Saya pribadi tidak takut mati dalam bertugas. Kasus penembakan ini menjadi kewajiban bersama untuk segera diungkap. Seberat apapun tantangan itu harus dihadapi. Polisi garda terdepan pengamanan di masyarakat.
Bila polisi kalah maka kejahatan semakin merajalela. Justru sebaliknya, penebar teror itu yang takut menghadapi polisi. Cepat atau lambat, kasus ini akan terungkap," tegasnya.
Anggota polisi yang bertugas di lapangan tidak menanggalkan seragam dinas. Sebab, penanggalan seragam dinas bisa memberikan kesan buat penebar teror, bahwa polisi sudah ketakutan.
Penebar teror itu merasa menang, dan seragam dinas jika tidak dipakai, justru merugikan masyarakat yang mendambakan keamanan dan kenyamanan.
"Tidak ada istilah takut mengenakan seragam dinas Polri. Justru seragam dinas merupakan kebanggaan untuk selalu dipakai. Saya adalah orang terdepan dan yang paling menentang, serta menolak keras jika ada upaya untuk tidak menggunakan seragam dinas.
Tidak menggunakan seragam sama saja dengan menanggalkan institusi. Seluruh jajaran harus terus semangat bekerja," masyarakat justru semakin bingung jika tidak melihat polisi yang identik dengan seragam dinas.
Ini juga bisa semakin menimbulkan keresahan buat masyarakat bila sulit membedakan antara polisi dengan pelaku penjahatan.
Polisi sebaiknya berpartner saat melaksanakan tugas di lapangan, dan kemudian berbaur bersama masyarakat.
"Sentuhan polisi terhadap masyarakat itu akan menghasilkan sesuatu hal yang sangat positif. Saya sudah sering melakukan ini saat menjabat sebagai Kapolda. Bahkan, masyarakat rela mempertaruhkan nyawanya ketika membantu polisi.
Ini terwujud karena ada sentuhan di masyarakat. Saat itu, kami sedang memburu pelaku perampokan Bank CIMB dan penyerang Polsek Hamparan Perak," jelasnya.
Masyarakat yang memberikan informasi atas keberadaan perampok, ketika itu hendak menggambar sasaran perampokan gaji karyawan perkebunan, turut juga mengejar perampok sadis ke dalam perkebunan.
Bahkan, masyarakat ikut begadang di tengah perkebunan saat mengejar kelompok bersenjata tersebut. Masyarakat juga berhasil menangkap beberapa perampok dalam keadaan hidup.