“PRESIDEN SBY SAMPAIKAN SIKAP INDONESIA TERKAIT KONFLIK SURIAH DI PERTEMUAN G-20 DI RUSIA”
Rusia (6/9/13), Jumat sore waktu setempat, Presiden menyampaikan sikap
dan pandangan tentang konflik Suriah. Dalam pertemuan G-20 tersebut,
tidak semua negara menyampaikan pandangan tentang Suriah, bahkan negara
Islam sekalipun. Mereka menyampaikan bahwa tidak ada kepentingan
langsung, sehingga mereka serahkan masalah itu kepada Suriah, Liga Arab dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam pernyataan Presiden, beliau menyampaikan bahwa Indonesia
sebenarnya secara geografis tidak terletak di Timur Tengah, tidak
seperti Turki atau Iran yang terlibat langsung dengan masalah kawasan.
Hal ini akan berbeda bila konflik itu terjadi di kawasan Asia Tenggara,
seperti kasus Myanmar. Indonesia juga bukan anggota Dewan Keamanan PBB
dan pemegang Hak Veto. Namun, mengapa Indonesia peduli? Karena
Indonesia memiliki kewajiban moral, dengan sejumlah alasan; Pertama,
Indonesia negara Islam terbesar, Suriah juga merupakan negara Islam.
Kedua, Indonesia memiliki amanat konstitusi untuk menjaga perdamaian.
Dalam jamuan makan malam, pembicaraan pemimpin G-20 diwarnai oleh isu
Suriah. Pandangan dari para pemimpin G20 berbeda-beda. Ada dua arus
pendapat. Pandangan pertama, dengan telah digunakannya senjata kimia,
dan mereka duga hal itu adalah dilatari oleh perintah Presiden Assad,
maka aksi militer perlu dilancarkan, untuk menghukum tanpa mandat PBB
sekalipun. Pandangan kedua, tanpa mandat DK PBB dan tanpa bukti yang sah
bahwa yang memerintahkan penggunaan senjata kimia tersebut adalah
Presiden Assad, maka jangan coba-coba melakukan aksi militer.
Presiden menyampaikan sikapnya juga pada pertemuan dengan Sekjen PBB.
Kemarin, Presiden menerima surat dr 11 NGO Internasional yang bergerak
di bidang kemanusiaan, dimana surat tersebut dikirim juga kepada 40
kepala negara. Surat tersebut berisi dukungan untuk menghentikan
kekerasan di Suriah. Secara khusus kepada Presiden SBY, NGO
Internasional meminta agar dalam pertemuan G-20 dibahas rumusan
penyelesaian konflik di Suriah. Sebelumnya, Presiden pernah menulis di
Sunday Times pada tanggal 22 Juli 2012, bahwa konflik di Suriah bisa
diatasi dengan cara-cara yang tepat. Tahun lalu, saat menghadiri G8,
Presiden SBY bersama presiden Iran, Turki, Pakistan, dan Wapres Mesir
telah berdialog untuk atasi masalah konflik Suriah.
Dalam situasi
seperti ini, penggunaan kekuatan militer untuk menyerang Suriah dengan
tujuan untuk menghukum tanpa mandat PBB adalah perbuatan tidak tepat.
Permasalahan yang akan ditimbulkan tidak diketahui seberapa besar, dan
itu bukan solusi yang Indonesia harapkan.
Di sisi lain, bila
masyarakat Internasional membiarkan saja, maka masyarakat Indonesia dan
Internasional harus berupaya untuk menghentikan kekerasan itu tanpa
harus gunakan kekuatan miter. Ada 3 elemen utama solusinya, yaitu :
1. Kekerasan harus segera diakhiri.
2. Bantuan kemanusiaan untuk Suriah bisa dilaksanakan.
3. Urusan penyelesaian konflik di Suriah bukan melalui penyelesaian militer tapi solusi politik.
Maksudnya adalah bahwa proses penyelesaian politik yang demokratis
seharusnya dapat dilaksanakan berdasarkan kehendak masyarakat Suriah
sendiri. Pertanyaannya, siapa yang harus hentikan kekerasan atau
mengeksekusi 3 elemen tersebut di atas? Menurut Presiden SBY, jawabannya
adalah masyarakat Internasional yang diberi mandat oleh PBB untuk
mengembang 3 tugas utama tadi dan dipatuhi oleh pemimpin Suriah. Bagi
Indonesia, mandat atau otoritas dari PBB adalah utama. Presiden memahami
bahwa harga yang harus dibayar akan amat mahal bila keputusan yang
diambil keliru. Hal ini tidak lain, karena background Presiden yang
sebagai militer pernah bertugas sebagai peace keeper di negara yang
sedang mengalami konflik.
Presiden juga mendorong Sekjen PBB
memberikan mandat PBB untuk segera hentikan kekerasan senjata di Suriah.
Dengan mandat PBB tersebut, jika diperlukan, segera laksanakan gencatan
senjata. Bersamaan dengan itu, harus segera dilaksanakan pertemuan
tingkat tinggi untuk membuat kerangka kerja penyelesaian konflik. Bila
gencatan senjata bisa dilaksanakan bukan tidak mungkin ada peluang lebih
besar untuk proses politik, selanjutnya kita serahkan pada bangsa
Suriah untuk proses itu.
Di dalam pertemuan tadi malam,
Presiden juga sampaikan bahwa memang tidak ada opsi yang ideal tapi
harus selalu ada pilihannya dalam penyelesaian konflik Suriah. Di
tengah tidak mudahnya opsi terbaik, tapi juga harus ada niat baik untuk
mencari solusi terbaik. Presiden SBY meyakini ada opsi terbaik, dan
beliau yakin Presiden AS, Barrack Obama akan pilih solusi yang terbaik
untuk Suriah. Selanjutnya, Indonesia akan rumuskan langkah-langkah
diplomasi dan akan terus melakukan aksi nyata dan rekomendasinya bagi
mendukung penyelesaian konflik Suriah.