Sira
Gajah Mada patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada:
“Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun,
ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.
Dengan
Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Menggenggam Tanah Airku Indonesia,
Indonesia Dahsyat sebuah Negeri yang memiliki peradaban yang sangat
Mulia namun rakyatnya melupakan dan menguburnya diharibaan ibu Pertiwi.
Kami akan melanjutkan menulis serial tentang Negeri Bahari semoga Bangsa
ini dapat kembali melihat kejayaan peradaban masa lampau sebagai
pijakan untuk membuka mata bathin rakyat Indonesia akan kebesarannya
sebagai Bangsa Maritim. Mulai dari Sriwijaya – Majaphit – Mataram – Masa
Kolonial Belanda – Kemerdekaan – OrdeLama – OrdeBaru – EraReformasi –
Dan Kebangkitan Indonesia sebagai Bangsa Bahari. Kami akan terus
mengumpulkan ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dan kami yakin
akan banyak menemui kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu
jaman yang jadi sejarah atau kejadian baru, setiap jaman membuat
sejarah, setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi. Kami berharap
dengan menelusuri sejarah dan kejadian yang dituangkan dalam blog ini
kelak akan bisa memberi sumbangsih bagi pemikiaran kebangkitan Indonesia
berbasis Maritim.
Pendahuluan
Satu lagi kerajaan yang tidak bisa lepas dari sejarah Indonesia. Bahkan dunia. Majapahit. Sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Pusat pemerintahan ada di Trowulan, sekarang didaerah Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan Majapahit
didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada tahun 1293 M.
Sanggramawijaya adalah cucu Narasinghamurti, anak Dyah Lembu Tal dan
menantu raja Kertanegara. Beliau bergelar Shrii Kertarajasha
Jayawardhana. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.[1] mencatat wilayah yang disatukan Majapahit meliputi Nusantara, Desantara Indocina, dan Dwipantara Cina dan India.[2]
Perluasan wilayah ini dicapai berkat politik ekspansi yang dilakukan
oleh Patih Mangkubumi Gadjah Mada. Pada masa inilah Kerajaan Majapahit
mencapai puncak kejayaannya.[3]
Betapa luas wilayah Majapahit sehingga Eksistensi Majapahit sangat
disegani diseluruh dunia. Diwilayah Asia, hanya Majapahit yang ditakuti
oleh Kekaisaran Tiongkok China. Di Asia ini, pada abad XIII, hanya ada
dua Kerajaan besar, Tiongkok dan Majapahit.[4]
Sistim Pemerintahan
Pemerintahan
Majapahit adalah sebuah struktur pemerintahan yang sudah terorganisir
dengan baik dan tertata dengan konsep yang jelas-jelas sudah
direncanakan sejak awal. Dapat dikatakan bahwa Majapahit banyak belajar
dari kerajaan terdahulu-terutama Singasari-bagaimana konsep pemerintahan
yang akan dilaksanakan. Ada pun masalah administrasi pemerintahan
Majapahit dikuasakan kepada lima pembesar yang disebut Sang Panca ri
Wilwatika. Mereka adalah: Patih Amangkubumi, Demung, Kanuruhan, Rangga,
dan Tumenggung. Mereka inilah yang banyak dikunjungi oleh para pembesar
negara bawahan dan negara daerah untuk urusan pemerintahan. Apa yang
direncanakan di pusat, dilaksanakan di daerah oleh pembesar
bersangkutan.[5]
Dapat dikatakan ada keseragaman tindakan antara yang dilakukan oleh
pusat pemerintahan dengan yang dilakukan oleh daerah, sehingga
perencanaan dilaksanakan secara organisir dan sampai ke bawah. Sebagai
sebuah kerajaan besar-pemerintahan Majapahit sangat menghargai daerah
(desa) bawahannya. Hal tersebut dapat dilihat pada pupuh 89 : 2, yang
berbunyi; apan ikang pura len swawisaya kadi singha lawan sahana yan
rusaka thani milwa ng akurang upajiwa tikang nagara yan taya bhrtya
katon waya nika paranusa tekangreweka hetu nikan pada raksan apageha
lakih phala ning mawuwus [Negara dan desa bersambung rapat seperti singa
dan hutan, Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan, Kalau
tidak ada tentara, negara lain mudah menyerang kita, Karenanya
peliharalah keduanya, itu perintah saya!][6]
Dari
pupuh 89 : 2 di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kedekatan
hubungan antara negara dengan desa begitu dekat. Bahkan saking
dekatnya-hubungan keduanya dilambangkan seperti singa dengan hutan,
bahkan dikatakan pula bila desa rusak, negara akan kekurangan bahan
makanan. Hirarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit
adalah sebagai berikut:[7]
Bhumi: pusat kerajaan, diperintah oleh Maharaja.
Nagara:
setingkat propinsi, diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan),
atau bhre (pangeran atau bangsawan keluarga dekat raja), bhatara,
wadhana atau adipati.
Watek: setingkat kabupaten, dipimpin oleh wiyasa atau tumengung.
Kuwu: setingkat lebih tinggi di atas kecamatan atau kademangan dipimpin oleh lurah atau demang.
Wanua: setingkat desa, dipimpin oleh thani atau petinggi.
Kabuyutan:
setingkat lingkungan, padukuhan, dusun kecil atau tempat sakral,
dipimpin oleh seorang buyut atau rama atau kepala dukuh.
Kerajaan Maritim Yang Menguasai Lautan
Majapahit
adalah sebuah kerajaan maritim terbesar di Nusantara. Itu bukan tanpa
bukti. Secara nalar saja; tidak akan mungkin misi perluasan wilayah oleh
angkatan perangnya dilakukan hanya melalui jalan darat! Tentu saja
ekspedisi militer dalam jumlah besar itu dilakukan dengan menggunakan
angkatan laut yang besar. Dalam Pujasastra dikenal seorang pelaut
ulung, yang merupakan tangan kanan Sang Mahapatih Gajah Mada di dalam
tugas mempersatukan kepulauan-kepulauan Nusantara di bawah kekuasaan
Majapahit. Konon rahasia kekuatan armada angkatan laut Kerajaan
Majapahit sejak jaman Gajah Mada yaitu terletak pada kharisma pimpinan
angkatan laut, dia adalah Senopati Sarwajala Mpu Nala, (dapat
disetarakan dengan Panglima atau Kepala Staf Angkatan Laut dengan
pangkat Laksamana Muda atau Laksamana Madya Laut).[8]
Di bawah kendali Senopati Sarwajala Mpu Nala, kapal-kapal perang
Kerajaan Majapahit mampu menaklukkan satu demi satu pulau-pulau dan
negara-negara di kawasan Nusantara dalam rangka mempersatukan Nusantara,
dan semua itu dilakukan untuk meninggikan kedaulatan Majapahit demi
terlaksananya Ikrar Sakti Sumpah Palapa.
SUMPAH PALAPA; Kesepakatan Cita Cita Gaya Majapahit
Majapahit
bukan sekedar sebuah kerajaan yang besar dengan konsep ke-maritim-an
sebagai ujung tombak penguasaan wilayahnya. Bila sekedar itu-sudah
banyak kerajaan maritim yang berdiri sebelumnya. Coba lihat; Ketangguhan
maritim kita ditunjukkan oleh Singasari di bawah pemerintahan
Kertanegara pada abad ke-13. Dengan kekuatan armada laut yang tidak ada
tandingannya, pada tahun 1275 Kertanegara mengirimkan ekspedisi bahari
ke Kerajaan Melayu dan Campa untuk menjalin persahabatan agar
bersama-sama dapat menghambat gerak maju Kerajaan Mongol ke Asia
Tenggara. Tahun 1284, ia menaklukkan Bali dalam ekspedisi laut ke timur.[9]
Coba simak kebesaran Sriwijaya (683-1030 M); Kedatuan ini telah
mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur
perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan
sebagai pangkalan kekuatan lautnya.[10]
Tidak sekedar itu!
Yang
menjadi eksklusif dari Majapahit adalah bagaimana kerajaan ini memiliki
konsep menyatukan daerah di bawahnya menjadi sebuah pemerintahan yang
utuh. Menjadi sebuah negara kesatuan! Konsep Cita-cita ini muncul dengan
adanya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Maha Patih di depan raja
Tribhuwanottunggadewi, yang intinya adalah keinginan Gajah Mada untuk
mempersatukan seluruh Nusantara ini di bawah panji-panji Majapahit. Gajah Mada bersumpah di hadapan pembesar dan raja Majapahit
bahwa ia tidak akan amukti palapa sebelum dapat menundukkan Nusantara,
yaitu Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang dan Tumasik.[11].
Sumpah Amukti Palapa yang diucapkan Gajah Mada ini benar-benar terbukti
pada masa pemerintahan Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk) yang memerintah
dari tahun 1350 M sampai dengan 1389 M, kerajaan Majapahit mencapai
puncak kebesaran dan kejayaannya. Dalam hal ini dapatlah disimpulkan
bahwa dengan adanya konsep persatuan dan kesatuan Nusantara (Sumpah
Palapa), maka kerajaan Majapahit dapat menjadi suatu kerajaan besar dan
berjaya dengan wilayah kekuasaannya yang mencakup hampir seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.[12]
Ranah Teladan
Mari
kita renungkan bagaimana cita-cita penyatuan sumpah Palapa Gajamada
dapat di sepakati seluruh elemen Majapahit. Dari raja sampai rakyat
Majapahit!
Ini poin terpenting!
Ada dua pertanyaan yang sedikit banyak bisa menyederhanakan pemahaman kita terhadap hal di atas.
Pertama;
Bila seorang pemimpin yang memiliki kepatutan sebagai pemimpin secara
total, apakah kamu loyal? Jawaban; Iya, akan saya dukung (Kemungkinan
besar jawaban adalah seperti ini).
Kedua;
Bila pemimpin yang dimaksud di atas memiliki visi dan misi besar demi
bangsa dan negara secara total, apakah kamu ikuti? Jawaban; Iya, akan
saya ikuti (Kemungkinan besar jawaban adalah seperti ini).
Dari dua
pertanyaan di atas dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa; secara
kesadaran seluruh rakyat sekaligus raja Majapahit akan memberikan
kesepakatan secara sadar karena apa yang dilakukan oleh Gaja Mada secara
kualitas personel dan pembawaan visi misi telah memenuhi kriteria
sebagai acuan dimana terlahirnya sebuah kebersamaan tersebut. Sesuatu
yang diperjuangkan oleh Gaja Mada adalah demi tidak untuk dirinya atau
kelompok nya akan tetapi untuk negara dan bangsanya. Sehingga secara
sadar; rakyat dan raja Majapahit akan mengusungkan kata setuju untuk
mendukung cita-cita mulia itu.
Sebenarnya
inilah yang menjadi acuan kenapa tercipta kesepakatan universal
Majapahit terhadap Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapati Gajamada.
Karena kualitas pemimpin yang telah teruji, dan benar-benar
mengaplikasikan hidupnya demi negara dan bangsa sehingga raja dan
seluruh rakyat Majapahit mendukung cita-citanya. Dapat dibayangkan
betapa pengakuan terhadap seorang Gaja Mada begitu bombastis-pengakuan
dari rakyat sekaligus seorang raja yang memimpin kerajaan tersebut. Hal
ini sudah menunjukkan kualitas Gaja Mada benar-benar patut untuk menjadi
pemimpin yang diteladani oleh Majapahit secara universal. Mari kita
simak dan kita renungkan kualitas kepemimpinan seorang Gaja Mada. Dalam
situasi negara kita seperti ini, tentu seorang pemimpin seperti ini
sangat kita butuhkan untuk mengangkat pesona bangsa yang telah lama
tertelan abad. Dan memang tidak perluh seorang pemimpin berpenampilan
pisik-berotot sepertinya Gaja Mada, akan tetapi lebih diperluhkan
seorang pemimpin yang mampu memenangkan hati rakyat, bangsa dan negara
secara utuh dan juga, memiliki visi dan misi kepemimpinan yang
benar-benar untuk, dan demi bangsa dan negara Republik Indonesia
tercinta ini, tidak untuk kepentingan kelompok-kelompok, apalagi untuk
kepentingan pribadi. Seorang pemimpin yang benar-benar memiliki mental
seorang pemimpin, dan bukan seorang pemimpin yang memiliki niat untuk
menjadi pemimpin hanya sebagai alasan berkarir, bukan itu. Tetapi;
menjadi pemimpin sebagai sebuah pengabdian yang ikhlas demi bangsa dan
negara!
Gaja Mada adalah seorang pemimpin yang mampu menyatukan seluruh elemen negara-dari atas ke bawah. Dan sebaliknya.
Penyatuan yang dilakukan secara kesadaran.
Penyatuan yang dilakukan oleh hati.
Penyatuan yang dilakukan secara bersama.
Penyatuan yang disepakati secara universal.
Alam
Nusantara ini, dengan semua yang sama pada jaman dimana Gaja Mada
hidup-air nya, tanah nya, udara nya, api nya-sungguh merindukan pemimpin
bangsa yang memiliki kualitas kepemimpinan seperti itu. Indonesia
sangat membutuhkan pemimpin yang mampu menggunakan setiap kelebihan dari
alamnya. Seorang pemimpin yang mampu memanfaatkan kewilayahannya untuik
membuat pesona Indonesia semakin bersinar. Seorang pemimpin yang akan
membawa siklus kebesaran Nusantara menjadi sebuah kenyataan-yang akan
dinikmati bersama seluruh rakyat.
Tanah airku Indonesia ini butuh Gaja Mada – Gaja Mada yang bisa membawa Indonesia mencapai kebesaran.
Rakyat
Indonesia sudah begitu lama menunggu kapan pemimpin dengan kepatutan
seorang pemimpin itu datang, sehingga kesepakatan universal bangsa
Indonesia akan kita mulai.
Bersambung…….. Pergolakan kerajaan kerajaan Maritim Jaman Belanda, Membangkitkan Kejayaan Indonesia Berbasis Maritim