Peristiwa Kalabakan (Konfrontasi dengan Malaysia).
Masih dalam rangka politik konfrontasi guna memperoleh data intelejen
di daerah lawan. Pada Desember 1963, Peleton X satuan khusus KKo/Korps
Marinir yang bertugas di perbatasan Kaltim – Sabah yang operasional di
bawah Basis VI Ops.A/Koti, bekerja sama dengan kesatuan tugas
operasional. KKo/Korps Marinir didaerah Kaltim, telah ditugaskan
melakukan raid ke Sabah (Sandakan, Lahat Datu dan Sempurna).
Sasaran pertama dipimpin oleh Kopral Mar Sukibat dan Prajurit Mar
Subroto. Sasaran dua dipimpin Sersan Dua Mar Rebani dan sasaran tiga
dipimpin Prajurit Mar Asmat. Masing-masing berkekuatan satu peleton.
Karena pada hakikatnya setiap anggota KKo/Marinir sudah dibekali
latihan dasar komando, maka tugas-tugas raid yang memerlukan kemampuan
komando mampu dipikul oleh mereka. Disamping nama Korps Komando memang
merupakan ‘beban’ dan sekaligus kebanggaan, sehingga bila diperlukan
untuk melakukan tugas selaku prajurit Komando, mereka berusaha melakukan
tugas sebaik-baiknya.
Hal ini memang terbukti dalam banyak
penugasan di berbagai operasi militer. Mereka mampu bergerak dalam
satuan-satuan kecil, dalam medan yang cukup berat, rawa, pantai berbakau
maupun dalam hutan lebat seperti Kalimantan.
Meskipun pihak
pasukan Inggris di Sabah sudah berpengalaman dalam perang anti gerilya
di Malaya (semenanjung), namun dalam menghadapi gerilya Indonesia
ternyata tidak semudah yang disangka. Rebani dan kawan-kawannya dengan
perlengkapan seringan mungkin, berhasil menerobos wilayah lawan dan
berhasil menghancurkan kesatuan inggris yang ada di Kalabakan,
menewaskan 8 orang termasuk seorang Mayor dan 38 serdadu lainnya
luka-luka. Merampas 1 bren, 7 SMR, 10 sten gun dan 1 pistol. Kerugian
Marinir, gugur 1 orang yakni Prajurit Gabriel.
Berdasarkan
beberapa catatan sejarah mengenai perwira-perwira Inggris yang tewas di
Malaysia bisa diambil beberapa nama antara lain Mayor RM Haddow, Mayor
R.H.D. Norman, dan Mayor H.A.I. Thompson, yang pasti pihak Inggris
berusaha menutupi nama perwiranya yang tewas dalam kejadian ini, bahkan
pihak inggris pun mengarang cerita kepada pemimpin Malaysia Tunku Abdul
Rahman yang mengadakan inspeksi bahwa tentara persemakmuran yang tewas
di Kalabakan walaupun kalah memberikan perlawanan yang gigih dan pantang
menyerah dimana kenyataannya mereka benar-benar diserang mendadak dalam
kondisi santai dan tidak siap atau istilah inggrisnya “caught with
their trousers down”. Pemerintah Malaysia membangun monumen untuk
menghormati korban mereka yang gugur disana.
Setelah
keberhasilan penyusupan ini Rebani berusaha memimpin pasukannya kembali
ke pangkalan. Sayang karena medan yang berat ditambah kekurangan
makanan, sebagian tidak dapat sampai kembali ke basis, termasuk Sersan
Rebani sendiri. Atas jasa dan keberaniannya Rebani dinaikkan pangkatnya
menjadi Sersan Mayor Anumerta dan Pemerinta RI menganugerahkan Bintang
Sakti kepadanya.
Dengan dilakukan patroli dan raid tersebut
lawan kemudian mengurangi aktivitasnya. Sebaliknya raid yang dilakukan
lawan di wilayah RI yang dijaga oleh Brigade Pendarat I KKo AL tidak
pernah berhasil. Mereka bahkan lebih sering menderita kerugian lebih
besar (periode 1965-1966 sampai tercapai persetujuan pengakhiran
konfrontasi) terutama di Siglayan.
Jalesu Bhumyamca Jayamahe !!