Agustadi
Sasongko Purnomo termasuk anak yang terbiasa mandiri dengan usaha
jualan layang-layang, bensin, beras, kain jarik untuk sekadar
menghasilkan uang sendiri semasa masih kecil sampai remaja. Dia rajin
menabung. Berkat kegemarannya menabung, maka ketika lulus dari SMA
Negeri 1 Pare tahun 1970, nilai tabungannya berjumlah Rp 25.000. Jumlah
yang cukup banyak pada jaman itu. Berbekal uang tabungan tersebut,
kemudian oleh ibunya dimanfaatkan untuk kebutuhan pendaftaran AKABRI di
Ajendam VIII/Brawijaya yang berlokasi di Jl. Sawahan No.58-60 Malang.
Pada
mulanya ia ditawari oleh tantenya, seorang Dosen IKIP untuk meneruskan
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dengan
pertimbangan Aguk (nama panggilannya) tergolong anak yang cerdas dengan
nilai selalu diatas rata-rata. Namun, hati nurani Aguk sudah mantap
memasuki dunia kemiliteran.
Menjadi
seorang militer tidaklah mudah, banyak pemuda yang senang tapi kadang
tidak memenuhi persyaratan. Namun kenyataan seperti itu tidak berlaku
bagi Aguk yang kalem ini, ia mempunyai keinginan masuk kedunia militer
dan langsung diterima pada kesempatan pertama. Putra Purnawirawan
Kolonel tersebut mengikuti pendaftaran Taruna AKABRI tanggal 12 Agustus
1970.
Pilihan
menjadi Taruna bukan karena dorongan keluarga atau orang lain, namun
lebih karena dorongan hati nurani. Keinginanya ditunjang dengan doa
restu orang tua dan menjadi modal utama untuk mengikuti seleksi
penerimaan Calon Prajurit Taruna AKABRI 1970. Setelah menjalani Tes
Jasmani, Mental, Ideologi dan Psikologi, baik Panitia Seleksi Daerah
maupun Panitia Seleksi Pusat, akhirnya pada saat Pantukhir, Aguk
dinyatakan lulus pada kesempatan pertama.
Penerimaan
Calon Taruna AKABRI merupakan bagian dari penyediaan tenaga yang
bertujuan untuk mencapai sasaran kekuatan dengan memilih warga negara
untuk dijadikan prajurit yang berkualitas. Mekanisme penerimaan diatur
oleh Dephankam/ABRI meliputi Panitia Penerimaan Tingkat Dearah dan
Pusat. Ketika Aguk mendaftar tahun 1970, para calon taruna yang lulus
dari seleksi Komisi Werving ditingkat daerah, yang diketuai oleh Pangdam
dan diikuti oleh tingkat pusat yang diketuai oleh Aspersman. Kemudian
selanjutnya mengikuti seleksi akhir yang diketuai oleh Danjen AKABRI,
Staf Personel Hankam, Angkatan/Polri dan AKABRI sebagai anggota dewan.
Sebelum
mengikuti pendidikan, Aguk terlebih dulu berpamitan dan memohon doa
restu kepada orang tuanya serta saudara-saudaranya. Keberangkatannya
diantar oleh keluarga melalui rute Ringin Budho Pare, naik oplet ke
Jombang, dan selanjutnya pindah naik ke KA menuju Yogyakarta karena pada
masa itu angkutan langsung ke Magelang belum ada.
Kehidupan Taruna
Kehidupan Taruna
Aguk akhirnya diterima menjadi Taruna AKABRI bagian Darat, dan digembleng di Lembaga Pendidikan Akademi Militer yang berlokasi di Magelang. Kehidupan tarunanya biasa-biasa saja, sebagaimana lazimnya para taruna lainnya. Namun dalam bidang prestasi dan kepribadian ada yang berbeda dalam diri Aguk. Ketika masih pendidikan dasar (Capratar) Aguk meraih prestasi terbaik dalam pelajaran ilmu medan. Ceritanya, pada saat latihan Kompas Medan sesampainya di finish ada 2 bendera, satu merah dan yang satunya putih. Ketika ditanya oleh Batih, Aguk menjawab posisinya "16 meter sebelah kanan bendera putih". Kebetulan hari itu tanggal 16 Maret dan bertepatan dengan hari ulang tahun adiknya. Oleh pelatih dinyatakan benar dengan nilai 100.
Aguk
bukan tipe Taruna yang suka belajar sebagaimana lazimnya taruna lain,
maksudnya belajar sesuai jadwal. Kegiatan yang dilakukan sehabis apel
malam adalah langsung tidur. Ketika teman-temannya sudah tertidur pulas,
jam 02.00 ia bangun, sholat tahajjud, selanjutnya belajar sampai jam
05.00. Hal semacam ini terbiasa dilakukan sampai mengikuti Sussarcabif.
Ada
cerita menarik yang terjadi pada saat Tingkat I, ditunjuk oleh Pelatih
TBI (Taktik Bertempur Infanteri) dalam latihan gerakan perorangan, Aguk
diberi peluru hampa dengan senjata Garrand kemudian diperintahkan untuk
memberikan tembakan saat serangan, namun tiba-tiba teman sebaraknya yang
bernama Solikhin Effendi ingin juga melakukan tembakan, maka direbutlah
senjata Garrand dari tangan Aguk. Alhasil senjata tersebut meledak dan
mengenai dagunya. Karena peluru hampa dan berisi lilin sehingga lilin
tersebut menempel didagunya. Ketika lilin dicabuti dari dagunya darah
berceceran keluar, Solikhin meringis kesakitan.
Ketika
Tingkat II banyak cerita tentang taruna Aguk. Diantaranya tatkala
latihan Pramuka Yudha di Plempungan. Selesai gerakan ia menemukan 1
butir peluru 9mm. Dankinya pada saat itu Lettu Inf. Djamari Chaniago
(Pensiun Letjen TNI), sedangkan Dantonnya Silvanus Nababan. Danton ini
terkenal galak dan suka ngamplengan. Selesai latihan diberikan waktu
istirahat siang jam 14.00, namun ketika Aguk mencoba-coba peluru yang
ditemukan ternyata meledak, hampir menembus kepala Sersan Taruna Dermo.
Akibat ulahnya, Aguk dikemplangi dan dihukum merayap punggung sejauh 600
m, jungkir 600 m bolak balik di lapbak. Kalau dihitung-hitung, total
jaraknya menjadi 2.400 m!
Cerita
lain, pada suatu sore sekitar jam 16.00 latihan tinju. Aguk bercanda
dengan teman-temannya termasuk Sertar Prapto, tinju tangannya dibungkus
handuk dan bertinju-tinjuan dengan Prapto (Pensiun Mayjen TNI di BIN).
Alhasil, ia tidak sengaja menonjok Prapto tepat pada gigi depannya
sehingga patah. Jadilah Aguk dihukum menghadap Mayor.
Walau
begitu, Sersan Taruna Aguk tergolong pintar. Tidak hanya pelanggarannya
saja yang menonjol. Buktinya, ketika menjadi Danru pernyergapan ia
mendapat nilai bagus cara memberi perintah operasi (PO), sehingga diberi
hadiah minum kacang hijau.
Tingkat III Aguk mempunya teman yang bagus-bagus. Artinya, saling bersaing secara sehat. Suatu ketika latihan speed-mars, Taruna Suprapto ambisi menyaingi Aguk. Ia memang tipe taruna yang ambisius. Saat speed mars
di Glagah, Magelang, Suprapto dibelakang Aguk dan berusaha mendahului.
Waktu dibelokan, Aguk lari dan pelatih tidak melihatnya. Melihat Aguk
lari, Taruna Suprapto mengikuti lari juga dengan maksud tidak
ketinggalan jauh. Apesnya pelatih melihatnya, sehingga ia disuruh jalan
jongkok, 10 meter sebelum garis finish, Suprapto pingsan.
Alumnus Terbaik Tahun 1974
Alumnus Terbaik Tahun 1974
Setelah mengikuti pendidikan selama 4 tahun sampailah pada hari yang dinantikan, yaitu pelantikan perwira. Siang hari, Danyon nya Letkol Kav. Setyana yang berkumis tebal memanggil Aguk melalui staf PNS-nya. Disampaikan olehnya,
"Sermatar Agustadi dipanggil Danyon!"
Maka segeralah ia berlari menghadap. Waktu menghadap, Danyon menatap heran, kemudian bertanya ke PNS-nya,
"Kamu gak keliru?""Siap, tidak Komandan!"
Kemudian bertanya tinggi dan berat badan Aguk. Dijawab,
"Siap, tinggi 163 cm, berat 60 kg!""Ok, saya kira bukan kamu" komentar Danyon.
Karena masih belum yakin lagi, Danyon bertanya lagi,
"No Akademimu berapa?""Siap, Nomor Akademi 710364!"
Selanjutnya Danyon mengeluarkan perintah lisan,
"Besok menghadap Aspers jam 07.00!"
Besok
harinya Aguk menghadap Aspers sesuai perintah, petunjuk Aspers "Gladi
bersih menerima Adimakayasa". Karena seakan tidak percaya, Sermatar Aguk
mohon ijin kepada Aspers agar perintahnya diulang. Dijawab Aspers,
"Menerima Adimakayasa".
Bagi Aguk, tidak terpikir sama sekali oleh dirinya akan menerima penghargaan Adimakayasa.
Saat
pelantikan perwira, yang dilantik diantaranya Prabowo Subianto, lulus
dengan nomor urut 7. Peristiwa mengharukan ketika Aguk laporan:"Nama, Agustadi Sasongko Purnomo, Nrp. 27080.!"Dari
tempat yang jauh, bapaknya yang hadir berada dibawah tenda mendengarkan
laporan anaknya menangis terharu, karena Nrp tiga angka dibelakang sama
dengan sang Kolonel Purn, 10080.
Sussarcabif dan Paja Brigif Linud 17 Kostrad
Sussarcabif dan Paja Brigif Linud 17 Kostrad
Lulus AKABRI Darat tahun 1974 dengan predikat Adimakayasa, Letnan Dua Infanteri Agustadi Sasongko Purnomo, Nrp. 27080 langsung mengikuti Sussarcabif. Pendidikan Sussarcabif kebetulan bebas pesiar, sehingga Aguk main terus. Akibatnya saat pengumuman awal rankingnya ke-3. Rangking 1 dan 2 diduduki dari Capa. Hal ini langsung direspon oleh Korps Kediri yang berjumlah 11 orang untuk kumpul segera. Keputusannya hanya satu, ditujukan kepada Aguk. Kawan-kawannya berkata,
"Gus, kamu selaku penyandang Adimakayasa malu dapat urutan ke-3, sekarang kamu tidak boleh pesiar untuk mengejar nilai".
Keputusan
Korps Kediri ditaati oleh Aguk. Setelah perkembangan 3 bulan dan
penutupan Sussarcabif, akhirnya ia menduduki ranking 1 namun tidak
menerima sangkur perak kareena nilai rata-ratanya 84.7, seharusnya
rata-rata 85.0 sehingga kurang 0.3.
Analisa Pemeriksaan Psikologi terhadap Letda Inf. Agus Sasongko Purnomo yang dilakukan oleh Dinas Psikologi Angkatan Darat :
Tergolong cerdas, dengan pemikiran aspek-aspek kecerdasan yang merata. Mampu berfikir secara abstrak konseptual dan tetap dapat mengimplementasikan pemikirannya tersebut secara praktis dalam aktivitas sehari-hari. Daya analisa yang tajam dan saat menyelesaikan masalah kreatif serta mampu mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah. Meskipun cenderung hati-hati, dapat mengambil keputusan yang relevan serta dapat menguraikan argumentasinya secara logis dan sistematis. Dengan kemampuan berpikir sedemikian, diperkirakan mampu menghadapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan organisasi yang bersifat komplek, strategis dan memiliki dampak terhadap keberlangsungan organisasi dimasa mendatang.
Selesai Sussarcabif, ditugaskan di kesatuan Kostrad. Terhitung tanggal 1 Juli 1975 ditugaskan ke kesatuan tempur Yonif 305/Tengkorak dengan jabatan sebagai Komandan Peleton. Tahun 1975, Yonif 305/Tengkorak baru saja pindah dislokasinya dari Tarogong, Garut ke Teluk Jambe, Karawang.
Disatuan
baru, Letda Inf. Agustadi Sasongko Purnomo dipercaya menjadi Danton
3/A/305/17 Kostrad. Akhir September 1975 mendapat kesempatan mengikuti
Diksar Para di Batujajar. Sebelum mendapatkan Wing Para, tatkala keluar
masuk Yonif Linud 328/Dirgahayu tidak dihormati, tapi setelah memiliki
Wing ia dihormati, sehingga terasa kaget. Ternyata itulah tradisi Satuan
Lintas Udara Brigade Infanteri 17 Kostrad.
Terjun Tempur Di Timor Timur
Terjun Tempur Di Timor Timur
Selaku Danton, pekerjaannya banyak dan selalu mengikuti lomba peleton. Satu hari ketika mengikuti Ton Yudha Wastu Pramuka Jaya dari pusaka Ratu - Cikampek dengan jarak 25 km, pagi itu tiba-tiba datang Lettu CPM mendekati dan memerintah,
"Ikut aku !"
Kemudian
dibawa naik jeep ke asrama dan disuruh mengemasi barang-barangnya.
Setelah dikemasi, selanjutnya dititipkan ke Korum Yonif Linud
305/Tengkorak.
Selanjutnya
Aguk menghadap Danki A Kapten Inf. Shaleh, saat itu tanggal 3 Desember
1975. Petunjuknya sebagai Danton Kipan A/328, Batonnya adalah Sersan
Tardi. Ia menyerahkan payung dan senjata yang masih dalam kotak. Anggota
tonnya kebanyakanya orang Sunda, sehingga ia bertanya, "kumaha?".
Sebagai Danton, ia dibekali amunisi 400 butir, logistik untuk 4 hari.
Selanjutnya bertanya pada Baton,
"Masuk tentara tahun berapa?"
"Siap 1957 Komandan!"
"Pengalaman operasi?"
"Siap, PRRI/Permesta, Trikora, Dwikora, Penumpasan DI/TII!".
Ternyata
anggotanya banyak yang sudah kenyang pengalaman tempur, namun
komunikasi bahasa Indonesia kurang lancar. Mereka pandai mendeteksi
musuh, dengan cara mencium dedaunan sebagai akan ada kontak atau tidak.
Nah, untuk mengimbangi kehebatan para anggotanya, Aguk menggunakan
referensi "Buku Primbon Adamakna".
Keberangkatan
ke Timor Timur berdasarkan Surat Telegram Kasad nomor :STR/116/1975
tanggal 4 Desember 1975 tentang realisasi susunan tempur KOGASGAB SEROJA
dan perintah untuk memperkuat susunan tempur KOGASGAB. Radiogram
Pangkostrad nomor : TR/700/1975 tanggal 4 Desember 1975 tentang
Pemberangkatan Brigif Linud 17/Kujang 1 Kostrad kedaerah operasi dan BP
kepada Pangkogasgab Seroja.
Berdasarkan
surat tugas diatas, maka pada tanggal 9 Desember 1975 terjun pertama
kali ke Timor Timur melaksanakan Operasi Serbuan Linud dalam satuan
Yonif Linud 328/Dirgahayu. Didalam pesawat, sebelum terjun, nampak
wajah-wajah mereka banyak yang takut, kumis meleleh. Untuk membangkitkan
semangat tempur anggotanya, Aguk memerintahkan untuk menyanyikan lagu
"Halo-Halo Bandung". Tamtamanya yang bernama Suharno belum pernah
terjun, sehingga diperintahkan untuk menempelnya, jangan lebih dari 5
meter jaraknya.
Setelah
mendarat ternyata sepi sekali, anggota banyak yang tercecer, terpisah,
banyak yang cedera kaki. Dapat berkumpul pertama kekuatan 7 orang dari
berbagai satuan. Aguk memerintahkan Kopralnya untuk mengaku sebagai
Danton dan memerintahkan anggota dari berbagai satuan untuk berkumpul.
Dia wajahnya lebih tua sehingga dipercaya, kalau Aguk masih sangat muda.
Peristiwa
menarik ketika Agus tugas tempur di Timor Timur, yaitu waktu adiknya
Bambang Setiawan sedang mengikuti proses seleksi penerimaan Taruna
AKABRI Tingkat Pusat. Tiba-tiba orang tuanya menerima surat dari Kodim
Kediri yang isinya, prajurit Agus Purnomo gugur terkena tembakan musuh.
Sementara anak pertamanya, kakak Agus, Lettu Inf Ekanesti Aprilyanto
(Pensiun Kolonel Inf.) juga sedang tugas tempur di Timor Timur. Mendapat
kabar buruk ini, orang tua Aguk memutuskan agar Bambang Setyawan
mengundurkan diri dari seleksi Pantukhir AKABRI. Bambang awalnya
keberatan, namun demi orang tua dengan berat hati akhirnya ia
mengundurkan diri. Setelah itu ada berita susulan dari Kodim Kediri yang
mengabarkan bahwa yang gugur adalah salah alamat, bukan Agustadi
Sasongko Purnomo, melainkan Agus Purnomo. Sama-sama beralamat Kediri.
Didaerah
operasi Timor Timur, pada 16 Desember 1975, Aguk selaku Danton 3 Kompi A
Yonif 328 melakukan persiapan serangan ke Vamasse, dalam hubungan Kompi
untuk melakukan patroli pengintaian dengan sasaran jembatan Maoleden.
Esok harinya, pada jam 04.00 WIT patroli tersebut berhasil menyergap pos
musuh yang berkekuatan 15 orang dan menewaskannya.
Selanjutnya,
22 Desember 1975, gerakan Kompi dilanjutkan kearah barat untuk merebut,
menduduki dan mempertahankan kota Manatuto dengan menyusun pemerintahan
sementara dikota tersebut. Rencana gerakan berikutnya adalah merebut
dan membersihkan kota Lalea yang diduduki musuh dengan kekuatan 1
Peleton. Setelah melakukan proses perkiraan yang cepat, lalu diputuskan
akan dilakukan serangan Batalyon dengan serangan pokok disebelah kiri
oleh Kompi C, dan disebelah kanan oleh Kompi B. Sedangkan jam "J" pukul
11.00. Pada saat melintasi sungai Lalea (lebar 500 meter), Kipan C
terhambat, Danton nya gugur tertembak musuh. Kipan B berhasil menembus
dari sayap kanan sampai masuk kota, puluhan mayat musuh bergelimpangan
tertembak atau terkena mortir. Dalam perebutan kota Manatuto tidak ada
pertempuran dalam kota, karena sisa-sisa musuh sudah kabur meninggalkan
kota. Kota Manatuto dikuasai TNI.
Satu
Tahun bertugas di Timor Timur kemudian kembali ke kesatuan di Cilodong,
Jawa Barat, Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu dengan jabatan
Komandan Peleton 3 Kompi A terhitung mulai 1 Oktober 1976.Dari
hasil pengamatannya sejak awal tanggal 3 Desember 1975, di Markas Yonif
Linud 328/17/Kostrad dalam rangka serbuan Linud ke Timor Timur, ada
hal-hal yang perlu menjadi catatan bagi satuan Linud.
Pertama, persiapan satuan operasi terkesan terburu-buru waktu sehingga tidak sempurna, indikasinya :
a. Personil satuan operasi (Yonif 328) tidak lengkap, kebutuhan terpaksa dipenuhi dari satuan Linud lainnya (dari Yonif 305, 330, dan Mabrigif 17 sendiri).
b. Senjata yang digunakan masih baru (M16A1). Masih dalam kotak tersegel, sehingga prajurit tidak sempat "dasar senapan". Bahkan sebagian besar prajurit banyak yang tidak paham seluk beluk senapan M16A1.
c. Sarana angkutan udara terbatas, sehingga ada penggunaan pesawat komersial Fokker-28.d. Marshalling Area di Madiun dan Kupang tidak siap betul (seadanya).
e. Data intelijen pendukung operasi serbuan linud ke Dilli dan Baucau tidak akurat, sehingga banyak jatuh korban.
f. Prajurit Linud yang diterjunkan di Dilli terkesan tidak profesional, banyak terjadi "salah lirik" dan baku tembak anta kawan, mungkin karena cuaca gelap saat itu, akibatnya banyak jatuh korban sia-sia.
g. 1 Kompi Kopasandha yang tidak di drop di Dilli, karena alasan 2 Jump Masternya tertembak (gugur) dari bawah, sementara pesawat Hercules banyak lubang tertembus peluru. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap dinamika operasi dan moril prajurit lainnya.
h. Operasi Serbuan Linud di Lapangan Terbang Villa Salazar, Baucau dilaksanakan pada tanggal 9 Desemeber 1975, pukul 09.00, sementara operasi Amfibi Marinir TNI-AL di Laga dan Pantai Baucau tanggal 8 Desember 1975, pukul 18.00. Dari segi taktik maka hal ini dinilai kurang tepat, karena musuh yang dipukul oleh Marinir dalam operasi Amfibi mundur kearah selatan (Venilale) melalui Lapangan Terbang dan bertahan secara kuat diketinggian selatan Lapangan Terbang (di Letter S). Akibatnya, Yonif Linud 328 mendapatkan perlawanan yang ringan dalam perebutan Lapter Villa Salazar, sementara Yonif Linud 330 yang melalui Air Landed melalui pertempuran berdarah-darah yang sengit. Banyak personilnya yang gugur disini.
Operasi Serbuan Linud yang dilakukan TNI saat itu, adalah operasi linud terbesar (dengan jumlah yang terjun lebih kurang 4000 personil) setelah Operasi Merdeka di Padang dan Operasi Mandala di Irian Barat.